Blog Apdri

Beberapa catatan sederhana

Jalur Lembang – Ujung Berung

with 14 comments

Perempatan Lembang

Perempatan Lembang

Berhubung dulu pertama kali melalui jalur Lembang – Ujung Berung saya tidak membawa kamera, hari Minggu lalu saya kembali ke sana. Sayang rasanya kalau pemandangan yang indah itu tidak didokumentasikan. Jalur ini sepertinya cukup populer di kalangan penggemar sepeda gunung dan motor trail, karena jaraknya relatif tidak begitu jauh dari Bandung dan tracknya yang menantang.

Suasana Lembang pagi itu lengang, begitu pula jalan ke tempat wisata Maribaya tampak masih sepi.
Dari atas bukit sebelum Maribaya, saya sempatkan mengambil foto perbukitan di kejauhan yang nanti akan dilewati.

Kawasan Maribaya berada di lembah hutan pinus yang asri dengan wisata air terjun di dalamnya. Di dekat pintu masuk Maribaya yang terakhir ada tugu putih kecil bertuliskan “Selamat datang di Desa Cibodas (Desa Agrowisata)”.

Perbukitan di kejauhan tampak dari Maribaya

Perbukitan di kejauhan tampak dari Maribaya

Hutan pinus Maribaya

Hutan pinus Maribaya

Setelah menyusuri jalan beraspal halus yang berliku di hutan pinus, sampailah di desa Cibodas. Perumahan penduduk dan ladang pertanian membentang di kiri-kanan jalan yang lurus panjang. Kalau menengok ke belakang, tampak gunung Tangkuban Perahu tinggi menjulang.

Di sebelah kanan jalan antara Lembang-Cibodas tampak perbukitan yang terus memanjang ke arah timur. Kata ahli geologi, di sepanjang perbukitan ini terdapat jalur sesar yang dikenal sebagai patahan Lembang. Kalau terjadi pergeseran batuan di sana, bisa mengakibatkan gempa yang dahsyat di cekungan Bandung yang ada di balik perbukitan itu. Semoga saja tidak terjadi.

Jalan lurus di tengah Cibodas

Jalan lurus di tengah Cibodas

Perbukitan sepanjang Patahan Lembang

Perbukitan sepanjang Patahan Lembang

Kira-kira 14 kilometer dari Lembang, jalan beraspal halus berakhir ketika memasuki perkebunan kina. Motor berjalan pelan karena saya mesti berhati-hati dan menjaga keseimbangan di atas jalan berbatu dan kerikil lepas. Beberapa kali disalip motor ojek atau penduduk yang berboncengan 2-3 orang.

Memasuki perkebunan kina

Batas jalan aspal halus

Memasuki perkebunan kina

Memasuki perkebunan kina

Meskipun kebun kina tidak sehijau dan sesegar kebun teh, pepohonan kina yang tidak begitu tinggi dan ditanam agak renggang membuat pandangan lepas tak terhalang hingga kejauhan.

Pandangan lepas

Pandangan lepas

Pepohonan kina yang renggang

Pepohonan kina yang renggang

Tiga kilometer di atas jalan perkebunan, sampailah di gerbang kompleks pabrik Bukit Tunggul/Pangheotan. Beberapa meter dari gerbang ini saya ambil cabang jalan ke kanan menuju lembah dan melihat pabrik bercerobong hitam dari jauh saja. Jalan di lembah adalah jalan tanah berbatu yang dikeraskan tanpa aspal sama sekali, membuat badan terguncang lebih keras dibanding jalan yang tadi.

Gerbang Bukit Tunggul

Gerbang Bukit Tunggul

Pabrik Bukit Tunggul

Pabrik Bukit Tunggul

Sebuah tempat yang cukup lapang ditemui di pencabangan jalan setelah berbelok-belok menanjak di lembah. Ada bangunan seperti gudang di sini, yang di dindingnya ditempel papan kecil bertuliskan “Uber 11 km” dengan gambar tanda panah ke kanan. Dulu waktu melalui pertigaan ini papan tersebut belum ada dan saya sempat tersesat sebelum bertemu orang yang bisa ditanyai.

Jalan berliku di lembah

Jalan berbelok-belok di lembah

11 kilometer dari Ujung Berung

11 kilometer dari Ujung Berung

Tak lama melewati tanjakan terakhir, jalan tanah berbatu mendatar dan mulai menurun. Di kejauhan terhampar pemandangan Bandung timur dari atas, dengan atap-atap pabrik terlihat seperti kotak-kotak kecil putih. Sayangnya gunung-gunung di selatan tidak tampak jelas di cuaca panas terik saat itu, berbaur dengan birunya langit.

Tanjakan terakhir

Tanjakan terakhir

Pemandangan dari atas

Pemandangan dari atas

Jalan turun masih berupa tanah berbatu, cukup curam dan saya pun mematikan mesin untuk meluncur/downhill sambil mengistirahatkan tangan yang mulai pegal. Sepertinya cukup berbahaya melalui jalan ini di musim hujan, apalagi dengan ban yang biasa dipakai di jalan raya. Jalan di sini tidak selebar di perkebunan tadi, mesti lebih berhati-hati karena di sebelah kanan adalah jurang.

Jalan batu berubah menjadi jalan aspal ketika memasuki Palintang, sebuah dusun yang ada di ketinggian bukit. Keluar dari Palintang bertemu dengan hutan pinus yang jalannya jelek tapi cukup lebar. Hutan ini gersang, mungkin akan diremajakan atau diganti dengan jenis pohon lain.

Dusun Palintang

Dusun Palintang

Hutan pinus gersang

Hutan pinus gersang

Setelah hutan pinus berakhir, dijumpai persawahan sempit dan pemukiman penduduk, hingga akhirnya sampai di alun-alun Ujung Berung, 30 kilometer jaraknya dari Lembang.

Written by apdri

22 Oktober 2009 pada 00:52

14 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. Waw
    Pemandangannya bagus bgt
    Gw pengen adventure + camping ditmpat gituan ma cew2
    Tp ga da wktu

    nick69 naik jupe

    24 Oktober 2009 at 23:43

    • Cew2 nya mesti yang senang adventure juga tuh, yang mau diajak ‘hidup susah’ (jalan/cuaca jelek maksudnya)… 🙂

      Kalo main ke Bandung, bisa camping di bumi perkemahan Oray Tapa, relatif dekat dari kota dengan hutan pinus-cemara, view kota Bandung dari atas lebih detail dan luas…
      Thanks ya dah mampir…

      apdri

      25 Oktober 2009 at 01:30

  2. wah mantap ni bro, sayang saya jarang ke daerah utara…mentok di sekitaran UPI aja. Dulu belon doyan beginian sech heheheheheh

    Moto BackPacker

    2 November 2009 at 05:15

    • iya gapapa… saya juga baru rada sering jalan-jalan lagi pas mulai nulis blog, sempat vakum juga… 🙂

      apdri

      2 November 2009 at 05:54

  3. […] dilihat jelas dengan Google Maps, begitu pula jalan-jalan di daerah pinggir kota seperti jalur Lembang-Ujung Berung lewat Cibodas-Cipanjalu. Namun untuk daerah yang jauh dari kota seperti daerah Cianjur […]

  4. salam jalan-jalan,
    wah klo saya ngambil jalur sebaliknya kang, dari ujung berung sampei lembang, asik seru kaki pegel2 da jalan kaki. walau sayang ga sempet ke batu lonceng. tulis terus perjalanannya kang & sukses.

    Ujang Endey

    24 Mei 2010 at 07:01

    • wah lumayan jauh tuh jalan kakinya…
      kalau jalan kaki bisa sambil memotret sepuasnya & lewat jalan setapak yang ga bisa dilewati motor.
      mudah-mudahan dihijaukan lagi bukit-bukit di sana oleh Perhutani, lebih enak kalau jalannya teduh.
      salam kenal juga Kang, trims sudah mampir… 🙂

      apdri

      24 Mei 2010 at 22:51

  5. […] kali ini tujuan awalnya adalah Curug Cileat, letaknya kira-kira di timur laut gunung Bukit Tunggul. Di Google Map, tampak ada jalan kecil ke Cipunegara, sepertinya cukup dekat dibanding harus […]

  6. Wah… ini jalan yg aku impikan untuk kulalui.
    Infonya berasa sekali, Insya Allah bukitpun akan kudaki, sungaipun kan kusebrangi, warungpun kan kuhampiri. Doakan aku ya teman2…

    Wiwit RD

    9 Desember 2010 at 11:45

  7. beberapa minggu yang lalu saya sempat lewatin jalur sini Kang… boleh saya link ya di blog saya 🙂

    Dharwiyanti

    14 Agustus 2012 at 00:55

    • silakan… terima kasih sudah mampir… 🙂

      apdri

      14 Agustus 2012 at 03:09

  8. kemarin saya kesana, tanggal 3nop 2013,,,pohon kina udah tinggi hutan pinus nya rindang dan pohon nya tingggi

    mohamad muslih

    5 November 2013 at 13:31

  9. Sidiq Atto

    11 Desember 2017 at 02:53


Tinggalkan komentar