Blog Apdri

Beberapa catatan sederhana

Danau Pangkalan, Danau yang Hilang

with 26 comments

Turun dari Papandayan

Pulang dari Gunung Papandayan, sekalian lewat Kamojang, tidak melalui Garut seperti pada waktu berangkat.

Di Bayongbong ambil arah kiri menuju Samarang. Jalannya beraspal halus, tapi tidak selebar jalan raya ke Garut. Gunung Cikuray tampak jelas sekarang, berbentuk segitiga dengan puncaknya yang runcing.

Berhenti sejenak di persawahan yang datar di Samarang, sebelum belok kiri ke arah Kamojang. Dari pertigaan ini jalan perlahan-lahan mulai menanjak. Meskipun aspalnya keriting dan berlubang, panoramanya bagus dari atas ketinggian.

Cikuray di kanan jalan

Pegunungan di kiri jalan

Lembah yang luas, Cikuray (kiri) dan Papandayan (kanan) di kejauhan

Ladang sayuran berbentuk kotak-kotak bergaris memenuhi perbukitan landai. Di atas bukit ternyata ada arboretum mata air Sungai Cimanuk, yaitu Situ Cibereum.  Lokasi situ/danau ini agak masuk,  tidak di pinggir jalan seperti Situ Cisanti (mata air Sungai Citarum) yang pernah saya lewati.

Bukit dipenuhi ladang sayuran

Arboretum mata air Cimanuk

Situ Cibeureum ke kanan

Tulisan putih berlatar gelap dibatasi garis tebal di papan :

Jangan wariskan air mata kepada anak cucu, wariskanlah mata air kepada mereka

Kamojang ternyata sudah dekat. Sebentar melewati hutan pinus, jalan aspal berubah mulus dan tak lama kemudian sampai di gerbangnya. Selamat datang di area geothermal Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.

Turunan panjang sesudah melewati arboretum di puncak bukit (kanan)

Hutan pinus gersang

Selamat datang di area geothermal Kamojang

Sepanjang kompleks Kamojang ada banyak pertigaan jalan buntu menuju sumur-sumur geothermal. Pipa-pipa raksasa berwarna perak memanjang di pinggir jalan, di beberapa tempat mengeluarkan bunyi letupan atau desisan yang teratur. Mungkin itu katup pengaman yang mengatur besarnya tekanan uap panas di dalam pipa.

Pusat pembangkit listrik Kamojang

Monumen di tengah taman

Pipa-pipa perak berbentuk huruf U terbalik

Uap putih mengepul dari sumur-sumur yang tersebar di lembah

Matahari semakin rendah di barat ketika melewati kantor Unit Bisnis PLTP Kamojang, saya memutuskan tidak belok kanan untuk mampir di kawah Kamojang, tetapi lurus saja menuju Majalaya. Setelah menuruni jalanan curam di daerah Monteng, memotret matahari terbenam sebagai penutup perjalanan pada hari itu.

Kantor Unit Bisnis PLTP Kamojang

Sunset di atas Ibun, Majalaya



 

Danau Pangkalan, Danau yang Hilang

Awalnya saya berharap melihat Danau Pangkalan di sebelah kiri jalan waktu melintasi PLTP Kamojang, apalagi tercantum di beberapa peta yang ada.

Danau Pangkalan di peta perjalanan

Danau Pangkalan di peta topografi tahun 1954

Setelah dicek di Google Map, ternyata Danau Pangkalan memang sudah tidak ada lagi sekarang. Adapun tempat-tempat di sekelilingnya masih ada semua: Gunung Rakutak, Situ Ciharus, dan Gunung Guntur.

G. Rakutak (1), Situ Ciharus (2), Kantor Unit Bisnis (3), G. Guntur (4), Lokasi bekas Danau Pangkalan? (5)

Apa yang sesungguhnya terjadi pada Danau Pangkalan? Tidak banyak informasi yang ditemukan di internet.
Penjelasan yang terpenting saya kutip dari sini :

The Kamojang geothermal field lies in the 15 km long and 4.5 km-wide Rakutak-Guntur volcanic chain. Robert et al (1983) suggest that the volcanoes in this chain erupted sequentially from the WSW to ENE, thus Gunung Rakutak is the oldest and G. Guntur is the youngest. The Kamojang area consists of 7 lithological units, i.e.,: from the oldest to the youngest these are the products of G. Cibatuipis (hornblende andesite lava). G. Pangkalan (labradorite lava and tuff), G. Gandapura (pyroxene andesite lava and tuff), G. Kancing (pyroclastic deposits and basaltic andesite lava), G. Masigit and G. Gajah (both are basaltic lavas), G. Guntur (pyroxene andesite lava). A volcano-sedimentary deposit which consists of colluvial, alluvial deposits, and volcanic debris occupies Danau Pangkalan area (Tim Pokja Kamojang, 1995).

Singkatnya, dulu ada 7 gunung berapi di sana, yang serpihannya mengendap dan memenuhi Danau Pangkalan.
Kalau di tahun 1995 danau tersebut sudah terkubur, kapan terakhir kalinya danau itu masih berair?

Menurut artikel ini :

Menurut Prof. Johan Iskandar, anawadak tidak sama dengan hahayaman (Gallicrex cinerea). Anawadak (Anas superciliosa) biasa disebut juga itik gunung. Dalam survei tahun 1980-an, Johan Iskandar pernah menemukannya di Danau Pangkalan-Kamojang, Kabupaten Bandung.

Kira-kira seperti itu kisah Danau Pangkalan, Danau yang Hilang… 🙂

 

Written by apdri

1 Juli 2010 pada 20:36

26 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. thanx infonya………..
    knjungi jg blog saya :
    areeve

    blog detik
    makasih,,,,,,,

    Arief

    3 Juli 2010 at 06:55

    • terima kasih sudah mampir 🙂
      sebenarnya info yang ditulis di sini jauh dari lengkap, hanya berdasar pengamatan di peta saja…

      mungkin berita danau ini pernah ada di arsip koran lokal tahun 80-95, atau dokumentasi milik PLTP kamojang yang mulai beroperasi sekitar tahun 82-83, dan siapa tahu masih ada penduduk setempat yang menjadi saksi lenyapnya danau yang luas ini…

      apdri

      3 Juli 2010 at 13:11

  2. Wah cantik sekali pemandangannya
    btw ini sekitaran JAbar semua yah?
    kalo jawa tengah ada nteu?

    Maskur®

    6 Juli 2010 at 02:42

    • betul, masih di seputaran Bandung, Jabar.
      di Jateng banyak pemandangan bagus juga lho, sayang daya jelajah saat ini belum bisa sampai ke sana, soale kalo pergi melulu yang di rumah pada protes…
      paling one-day-trip pergi pagi pulang malam 🙂

      apdri

      6 Juli 2010 at 03:22

  3. Would you like to increase quickly and easily the traffic of your blog?
    The blogs rocket http://www.blogsrocket.com will help you getting many more visitors.
    Try it now 🙂

    The Blogs Rocket

    6 Juli 2010 at 20:49

  4. so like thizzzzzzzzzz my bro

    thinx_speed C-039

    8 Juli 2010 at 17:48

  5. Owh gtU ya? 😮 nice info n salam kenal,

    Adi

    11 Juli 2010 at 23:10

    • salam kenal juga, trims sudah mampir 🙂

      apdri

      12 Juli 2010 at 02:35

  6. Very nice article, thanks! I’ve subscribed to your RSS feed. Please keep up posting.

    The Blogs Rocket

    22 Juli 2010 at 16:24

  7. Kurang Lengkap Harusnya dengan sejarah Kamojang dan KAwah Kamojangnya……………
    Kamojang Asalnya dari PAngkalan, Pangkalan Asalny dari Pateungteung, PAngunteungan Bandung Jeung Garut…………….

    Asep Md

    20 Agustus 2010 at 07:33

    • iya kurang lengkap, bahannya terbatas… 🙂

      apdri

      20 Agustus 2010 at 07:45

  8. klo ngga salah ingat th 1967 waktu sy ke sana sama rombongan dari sawah kurung masih ada tuh !

    hari

    6 September 2010 at 06:56

    • iya, sayangnya saya belum menemukan satu foto pun dari danau itu di internet…
      hanya bisa menduga, mungkin lokasinya dulu ada di salah satu foto di atas, yang judulnya “Uap putih mengepul dari sumur-sumur yang tersebar di lembah”…

      apdri

      6 September 2010 at 08:06

  9. wah subhanallah sekali ya .
    ka apdri memang pengembara, hhe .
    kapan” kalau ingin menjelajah lagi rasanya aq ingin ikut .sudah lama aq tidak hiking ataw berwisata k tempat” alam semenjak aq smp . kangen rasanya untuk bernostalgia .

    Fitri Apriliani

    4 Januari 2011 at 03:27

    • sebenarnya saya juga tidak sering pergi mengembara, hanya beberapa bulan sekali…
      sekali jalan ambil foto yang banyak buat bahan nulis blog 🙂

      apdri

      4 Januari 2011 at 04:02

  10. mungkinkah danau pangalan itu hilang karena proyek pltu kamojangkah ?.

    jangyudi

    9 Januari 2011 at 14:18

    • nah yang itu saya tidak tahu 😀
      setelah danaunya hilang, sumur-sumur geothermal yang bertebaran masih menyemburkan uap selama lebih dari seperempat abad… mungkin ada lapisan air yang cukup banyak di dalam tanah sebagai bahan baku uap panas tersebut…

      apdri

      10 Januari 2011 at 03:06

  11. wih kang hatur nuhun inpo nyah, sayah wae yang orang kamojang asli nggak tau soal danau pangkalan … ^^
    cuma tau nya jga dano ciharus heheh

    mune chan

    16 Maret 2011 at 03:07

    • mungkin orang tua, kakek/nenek masih menyaksikan segarnya danau tersebut waktu dulu… 🙂

      apdri

      16 Maret 2011 at 03:30

    • Orang Kamojang mah emang ga tau danau. Yang mereka tau Balong Yang ada di deket rumah pak Ajidin..

      Rahmat Setiawan

      6 November 2012 at 04:16

      • danau yang luasnya sekitar 10x Situ Ciharus ini hilang satu generasi yang lampau … 🙂

        apdri

        7 November 2012 at 01:57

  12. terima kasih ……..

    ergan

    31 Agustus 2011 at 04:57

  13. […] Ini perjalanan di tahun 2011, namun baru sempat ditulis sekarang. Lama tidak main ke Bandung selatan, terakhir waktu mencari danau yang hilang. […]


Tinggalkan komentar